Sabtu, 03 Mei 2014

Pertemuan Pertama

Tepat hari ini, 3 Mei 2014, berarti sudah tepat 1 tahun berlalu ketika pertama kalinya saya bertemu dengan seseorang. Tidak menyangka kita di pertemukan secepat itu, padahal ketika itu masing masing kita masih sibuk berdoa, memantaskan diri. Pertemuan paling indah itu, pertemuan yang terjadi seperti baru kemarin, alangkah indahnya semesta mempertemukan kita. Di tanah suci, tempat terindah yang pernah saya pijak, Mesjidil Haram.


Singkat cerita, saya di berikan tugas mulia menjadi pendamping umroh di tempat saya bekerja. Beruntungnya saya  bekerja di tempat yang memberikan saya kesempatan melaksanakan ibadah ke tanah suci, dimana banyak sekali muslim yang bermimpi untuk dapat memijakkan kaki di tanah suci, saya, tiba tiba tanpa rencana di berangkatkan gratis plus di kasih uang jajan. Ketika itu saya berangkat pada tanggal 28 April 2013.


3 Mei 2013
Ketika itu hari Jumat, saya mengadakan pertemuan dengan seorang yang saya kenal beberapa bulan sebelumnya. Kebetulan dia sedang bekerja disana. Kami sepakat bertemu di depan mesjidil haram setelah kami melaksanakan sholat jumat. Siang itu, cukup panas, panas sekali. Saya, sangat, deg degan. Saya terus berdoa kepada Tuhan, seakan berbicara berhadapan langsung kepada-Nya, semoga pertemuan kami adalah pertemuan terbaik, ini pertemuan yang sangat indah.


Saya sudah tahu kalau dia sudah menunggu, dia sudah memberitahu posisi dimana dia berada. Saya sudah tahu, sebenarnya, karena saya sudah berada tepat di depan tempat dia menunggu, tapi saya sedikit menunda. Saya bilang mesjid masih penuh dan saya belum bisa keluar. Padahal saya sudah di luar tinggal menuruni tangga, tapi saya sungguh deg degan. Kaki saya tidak mau menuruni tangga itu. Dia menelpon beberapa kali. Wajah saya sudah memanas, memerah, mungkin karena cuaca yang sangat panas. Hmm ada seorang arab ngajak saya ngobrol, tapi saya tidak menjawab karena tidak mengerti apa yang dia bicarakan, dia pun berlalu meninggalkan saya. Dan saya deg degan lagi.

Saya masih diam disusunan tangga, mengintip keberadaan dia mancari sosok yang saya kenal dari foto itu, tapi sulit. Sungguh muslim yang berada di haram sangat banyak. Hmm dia sudah disana... pikir saya dalam hati. Saya tidak boleh membiarkan dia menunggu begitu lama. Dan akhirnya, saya pakai kaca mata hitam saya, menuruni tangga melawan kencangnya angin debu dan panas terik matahari. Saya katakan kepada dia bahwa saya sudah di tempat yang dia tunjukan, saya mencari sosok yang saya kenal dari foto itu. Saya deg degaaan. Kami saling mencari, di telfon kami saling memberi petunjuk, dia bilang "kamu tenang ya.. tenang.." mungkin dia takut kalo tiba tiba saya menggabrugnya ketika kami saling menemukan.

Lalu, tiba tiba seseorang yang sedang mengenggam telfon di telinganya seperti saya berjalan ke arah saya, dia tersenyum seperti senyum menemukan, saya melihatnya. Entah apa yang dia lihat dari wajah saya ketika itu. Kami mengenakan baju sama sama putih, dia mengucapkan salam dan saya malu malu menjawab. Wajah saya kembali terbakar dari luar dan dalam. Seperti mimpi. Pertemuan itu tidak singkat, tapi sangat cepat berlalu. Sangat tidak terlupakan.


2 komentar:

  1. saya penasaran sama lanjutan cerita ini... nanggung ya bersambung gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. kelanjutannya? hmm cukup menjadi kenangan kita berdua yang abadi selamanya saja yah.

      Hapus