Senin, 05 Mei 2014

Tulisan Sederhana, Tulisan Tere Liye

"Jalanku Masih Panjang"
Wahai perasaan
Kau buat pagiku jadi mendung, soreku jadi kelam
Kau buat siangku jadi gelap, dan malam semakin gulita
Kau buat beberapa menit lalu aku gembira,
untuk kemudian bersedih hati

Wahai perasaan
Kau buat aku berlari di tempat
Semakin berusaha berlari, kaki tetap tak melangkah
Kau buat aku berteriak dalam senyap
Kau buat aku menangis tanpa suara
Kau buat aku tergugu entah mau apalagi

Wahai perasaan
Kau buat aku seperti orang gila
Mengunjungi sesuatu setiap saat, untuk memastikan sesuatu
Padahal buat apa?
Ingin tahu ini, itu, untuk kemudian kembali sedih
Padahal sungguh buat apa?

Wahai perasaan
Kau buat aku seperti orang bingung
Semua serba salah
Kau buat aku tidak selera makan, malas melakukan apapun
Memutar lagu itu2 saja,
Mencoret2 buku tanpa tujuan
Mudah lupa dan ceroboh sekali
Wahai perasaan
Cukup sudah
Kita selesaikan sekarang juga
Karena,
Jalanku masih panjang
Aku berhak atas petualangan yang lebih seru
Selamat tinggal
Jalanku sungguh masih panjang....

Tere Liye


Indah sekali bukan? Apa mungkin karena setiap bait puisi karya Tere Liye ini sangat mewakili perasaan saya? Sehingga saya merasa amat menyukainya. Ketika pertama kali saya membacanya, sungguh, hati saya merasa malu sendiri. Saya merasa Tere Liye sengaja membuatkan puisi ini khusus untuk saya :")

Saya bukan fans berat Tere Liye, tetapi saya selalu menyukai setiap tulisan yang dia buat. Tulisannya selalu tepat, selalu mengenai sasaran, membuat saya selalu tidak sabar untuk membaca setiap kata demi kata berikutnya. Karena itulah ketika saya membaca novel karya Tere Liye, itu selalu berhasil saya selesaikan dengan cepat. Karena ketika saya membaca, saya tidak mau berhenti. Setiap kalimat dalam ceritanya selalu membuat saya penasaran, apa yang akan terjadi selanjutnya. Saya sungguh menikmatinya.



Coba kalau saya sedang membaca bukunya, saya merasa saya tidak tinggal di dunia saya sendiri. Seperti masuk kedalam ceritanya, ikut ambil peran, dan.. dan.. itu sangat asik. Sungguh. Saya menangis tersedu-sedu ketika membaca buku Hafalan Shalat Delisa, dan saya masih menangis sampai beberapa hari setelah saya selesai membacanya. Saya belajar memahami bahwa cinta tidak harus memiliki, belajar merelakan, mencoba menahan, dan hati saya sedikit sakit ketika membaca buku Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membeci Angin. Saya berimajinasi, ikut menjumpai manusia-manusia luar bisa ketika membaca buku Ayahku Bukan Pembohong, dan tentu saja, saya menemukan banyak titik yang ternyata selama ini saya lupakan dari Ayah saya. Saya tersipu malu-malu, menemukan cinta yang sederhana, cinta yang tulus ketika membaca buku Kau, Aku, & Sepucuk Angpau Merah. Perasaan saya tercampur aduk, benar-benar di aduk-aduk ketika membaca 4 buku kisah-kisah anak Mamak; Burlian, Eliana, Pukat, Amelia. Kebanyakan dari buku nya memiliki cerita yang endingnya selalu melesat dari tebakan saya. Dan saat ini saya sedang berpetualang ke dunia lain bersama buku Bumi setiap malam. 

Belum lagi quotes nya yang, aduhai...saya sampai mengoleksinya di notes handphone saya.

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah
Bahwa hidup haru mengerti, pengertian yang benar
Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus

Tidak semua orang mempunyai pemikiran sejernih dia, menurut saya. Pemikiran yang logis, cara pandang yang sederhana, cerita-cerita yang selalu mampu memperlihatkan sisi menarik dari hal-hal sekitar yang tidak terlalu kita perhatikan. Menceritakan kisah-kisah cinta yang sederhana, yang siapapun membacanya pasti jadi ingin sekali menjadi seperti tokoh utama dalam cerita itu, di cintai dan mencintai dengan sederhana.

Dan kalaupun ternyata cinta tidak sesederhana seperti yang kita inginkan, maka akan selalu ada jalan keluar untuk menyelesaikannya, dengan sederhana juga. Saya banyak belajar dari tulisan nasihat Tere Liye. Salah satunya yang sedang saya pelajari adalah belajar tentang kehormatan perasaan. Apalagi dengan status saya, status "lajang yang sedang dalam penantian", menantikan jodoh terbaik datang ke dalam hidup saya yang kelam, Tere Liye selalu membuatkan saya tulisan sederhana yang membuat masa penantian saya lebih indah. Tulisan yang membawa banyak sekali energi positif bagi perasaan saya, meluruskan pemikiran saya yang terkadang belok kesana belok kesitu yang membuatnya semakin rumit, memberikan pemahaman yang sejalan dengan agama saya. (saya selalu merasa kalau Tere Liye secara khusus membuatkan tulisannya itu untuk saya, hehe)

Bolehkah menyatakan kerinduan? Perasaan kepada seseorang?


Tentu saja boleh. Tapi jika kita belum siap untuk mengikatkan diri dalam hubungan yang serius, ikatan yang bahkan oleh negara pun diakui dan dilindungi, maka sampaikanlah perasaan itu pada angin saat menerpa wajah, pada tetes air hujan saat menatap keluar jendela, pada butir nasi saat menatap piring, pada cicak di langit-langit kamar saat sendirian dan tak tahan lagi hingga boleh jadi menangis.


Dan jangan lupa, sampaikanlah perasaan itu pada yang maha menyayangi. Semoga semua kehormatan perasaan kita dibalas dengan sesuatu yang lebih baik. Semua kehati2an, menghindari hal-hal yang dibenci, akan membawa kita pada kesempatan terbaik. Semoga.


-Tere Liye

Karena itulah, Tere Liye, saya sangat menyukaimu. Saya bersyukur karena di antara banyak sekali manusia-manusia galau seperti saya yang bergentayangan di dunia ini, Tuhan menciptakan manusia sepertimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar