Sabtu, 26 Agustus 2017

Perjalanan Kedua, 22 Mei 2015

Sebelum saya mengenal kota Mekkah, mimpi saya selalu ingin pergi ke Korea, ingin tau seperti apa sih kota Seoul yang sering saya lihat di drama-drama korea itu. Ingin tau gimana rasanya musim salju, musim gugur, musim duren mah bosen. Saya juga ingin pergi ke Eropa, ke tempat-tempat keren seperti di negeri dongeng, seperti di film-film Hollywood. Saya juga ingin keliling dunia, mengunjungi 7 keajaiban dunia yang selalu saya lihat di buku peta waktu saya SD dulu. Hmm asyiknya. Pernah sih pengen ke Mekkah juga, kalau di ceritakan kisah Nabi waktu jaman mengaji dulu, tapi tidak setertarik seperti ke Korea. Dulu jamannya menulis biodata di buku diary teman, cita-citanya saya tulis ingin memberangkatkan orang tua saya naik haji, waktu itu memiliki cita-cita itu biar kelihatan jadi anak sholeh aja sih, biar kayak orang-orang. Pencitraan gitu lah.


Namun Allah Subhanahu Wata'alaa sungguh telah memberikan nikmat yang luar biasa kepada saya. Kenikmatan yang haqiqi, rasanya seperti abadi gitu deh di dalam hati ini. Sejak saya di pertemukan pertama kali dengan kedua kota suci Madinah dan Makkah, sungguh saya tidak lagi bermimpi pergi ke Korea, ataupun kemana-mana lagi selain ingin kembali dan kembali bersama orang-orang saya cintai. Sungguh. Kalau pun saya di berikan rezeki lebih, saya akan kembali bersama orang tua. Kalau di kasih lebih lagi, kembali lagi bersama keluarga. Tapi kalau di kasih kesempatan keliling dunia sama Allah, juga saya tidak menolak. Hehehe. Aamiin.

Karena apa yah, pasti karena doa Nabi Ibrahim Alaihissalam, yang membuat saya malah ingin pergi lagi, semakin rindu. Meskipun seseorang sering bolak-balik ke Ka'bah, semakin sering maka semakin bertambah pula kerinduannya terhadap Ka'bah itu. Begitu pun yang saya rasakan, boleh jadi yang di rasakan setiap muslim yang pernah pergi kesana. Dan alhamdulillah, di tahun 2015 tepatnya tanggal 22 Mei 2015 saya kembali mendapatkan panggilan mulia :') Dan alhamdulillah lagi, sekarang bisa pergi dengan Babah saya, meskipun Mamah belum bisa ikut, tapi Insyaallah segera akan menyusul. Dadakan juga sih Babah bisa ikut, spontan aja gitu pas groupnya lagi kurang 1 orang, saya keinget Babah. Allah sungguh telah memberikan nikmat yang luar bisa di dalam hidup saya, dan saya tidak berhenti bersyukur akan hal itu.



Dan juga sebelum saya pergi saya mendapat suatu masalah yang membuat hati saya sakit, hancur sampai kepingannya itu hancur berkeping-keping lagi. Bahkan saya sudah bersumpah untuk tidak akan memaafkannya dunia dan akherat, saking sakitnya perasaan dan harga diri saya terluka. Sampe di tulis di blog dongParah bgd ah. Tapi kasih sayang Allah terhadap saya lebih besar dari pada sakit hati yang saya terima. Seolah Allah sedang menghibur saya kala itu. Saya di berikan lagi kesempatan bertamu ke Baitullah, bersama Babah pula, bagaimana mungkin saya 'bisa' tidak melupakan hal menyakitkan itu, dan bagaimana pula saya 'bisa' tidak memaafkan dia. Saya tidak mau pergi dengan membawa beban kebencian dan amarah. Insyaallah saya ikhlaskan semuanya dan memaafkan semuanya.

Perjalanan kedua ini, saya mendampingi 23 jamaah saja. Yang sepuh nya tidak terlalu banyak, rata-rata masih muda dan bareng keluarganya, jadi lebih mandiri. Untuk persiapan juga saya lebih siap kalau sekarang, tidak akan ada lagi ceritanya salah kostum, perawatan untk mencegah kulit kering juga sudah di siapkan, obat-obatan juga bawa dan saya juga ikut manasik supaya lebih mantebbb. Yang paling membuat saya semangat adalah Babah saya, saya sangat antusias ingin melihat wajah bahagia Babah, saya tidak mau ketinggalan momen bahagia itu. Ini rasanya seperti separuh cita-cita 'pencitraan' saya dulu di kabulkan, meskipun bukan Haji (Kenapa separuh, karena Mamahnya belum bisa ikut) Alhamdulillah pokoknya semuanya sangat lancar sampai tiba di Jeddah. Masih sama dengan yang dulu, perjalanan 13 jam dengan 3 kali take off dan 3 kali landing. 

Masih seputar Babah, sekali lagi saya ucapin, saya bener-bener seneng deh :)) Ketika menara menara Masjid Nabawi sudah kelihatan, saya melihat wajah Babah merah, begitu juga saya yang tidak bisa menahan haru. Saya tahu kalau Babah suka nangis soalnya setiap ketemu di hotel matanya suka merah gitu kayak saya yang habis nonton drama korea. Dan Alhamdulillah saya merasa lebih nyaman beribadah kali ini, jarang ngantuk di masjid, badan seger, berseri-seri, dan lebih bersemangat.

Madinah kota yang tentram, seperti kata Rosululloh, kota Madinah itu memang special dan membuat siapapun yang berkunjung akan merasakan kenyamanan. Penduduk kota Madinah ramah-ramah, tukang dagang nya juga ramah, kita boleh milih-milih sesuka hati dan boleh nawar. Cuacanya lebih nyaman, kalau pagi sejuk. Jalanan di kota Madinah rapi dan susuan kota nya juga teratur, memang sih jadi agak susah kalau buat jamaah sepuh karena hampir sama semua bangunanya. Seperti biasanya, selalu sedih ketika harus meninggalkan kota Madinah, tentu saja untuk menuju kota yang lebih mulia lagi. Saya tidak pernah mengucapkan selamat tinggal, karena saya yakin suatu saat akan kembali.

Setibanya di Kota Makkah, rasanya tidak berubah dengan sebelumnya. Selalu ramai dan damai, selalu sejahtera. Benar-benar kota yang luar biasa di muliakan, rasanya pengen tinggal saja dan punya rumah di Mekkah. Yaa Allah.. Perasaan dulu ketika pertama kali, sedang di alami oleh Babah, saya juga mengalami perasaan yang tidak kurang bahagianya, malahan lebih bahagia. Alhamdulillah ibadah umroh kami lancar sekali. Kali ini tidak ada lagi istilah subuh kesiangan dan salah kiblat :)) Karena sekarang hotel dimana kami tinggal adalah hotel paling depan, tepat di depan pelataran Masjidil Haram, bahkan kita bisa sholat di loby hotelnya, ahamdulillah rezeki anak sholeha. Tapi puyeng sih, kami harus 2 kali naik lift menuju kamar, lift nya besar dan tombol lantainya buanyaaaakk banget. Kalau yang naik nya mbah-mbah mah udah pasti kleyeng-kleyeng :)) 

Selain terkesan dengan kamar yang nyaman, saya juga tercengang dengan segala rupa makanannya. Ada roti-roti yang segede-gede pintu, selai-selai yang tidak saya mengerti, makanan aneh yang tidak saya kenal. Saking “barieukeun’, saya cuman bisa makan telur dadar-telur ceplok yang langsung di masakain sama orang arab yang ganteng dan buah-buahan, itu sudah cukup. Alhamdulillah gizi saya terpenuhi, BAB lancar, badan seger dan montok. Kalau Mamah atau Uwa saya kesini kebayang deh kantung kreseknya penuh di bawa pulang :))

Jadi ada cerita mengharukan nih, kan baru pertama kali dalam hidup saya tidur di hotel *5, saya mau nyobain dong bak mandi yang kaya di film-film. Mumpung kamar lagi sepi, cuman saya sendiri, ceritanya saya mandi dengan mengisi bak air dengan air hangat dan sabun supaya berbusa. Hmm berendam di bak mandi adalah impian saya. Dulu mah mandi nya suka di jolang atau baskom, sekarang bener-bener di bak mandi. Saya pikir ini adalah mimpi yang kesekian kalinya menjadi kenyataan. Tapi dasar emang udah dari sananya tidak ada bakat jadi orang kaya yah, tangan saya nyoledat gitu karena licin dan saya tenggelam di bak mandi, posisi kaki sudah di atas dan kepala di bawah, kebayang kan susahnya saya untuk bangun. Bahkan saya menelan beberapa teguk air sabun T_T sungguh nahas sekali, saya pikir itu ajal saya. Tapi alhamdulillah saya bisa selamat dari insiden mengerikan itu. Saya kapok-sekapok-kapoknya beneran deh, saya gak mau lagi sampai sekarang berendam di bak mandi, itu adegan yang sangat berbahaya guys. Jangan di tiru!

Setelah itu saya kembali menjalani hidup yang bahagia dan lebih khusyuk, karena saya semakin menyadari kalau ajal bisa datang kapan saja tanpa di duga. Kemudian kembali terjadi, perpisahan yang menyedihkan dengan Kota Termulia Makkah Al Mukarramah, senja mengiringi kepulangan kami, menuju kota Jeddah, melewati 3 kali take off 3 kali landing, menuju tanah air. Di penerbangan pertama dari Jeddah-Dubai kami semua yang ada dalam pesawat hampir ada di ambang kematian. Jadi memang pesawat nya saat di atas sering oleng saya juga agak pusing, dan puncaknya terjadi ketika kami makan, tiba-tba pramugarinya panik dan menghentikan acara makan, semua meja di bereskan dan kami di wajibkan mengenakan sabuk dan duduk tegap. Saya panik karena goncangan pesawat semakin hebat dan saya merasakan tarikan yang lebih kuat, saya pikir pesawat sedang melaju sangat cepat tapi ternyata pesawat sedang meluncur ke bawah. Saya tahu persis karena saya berada di window seat dan tiba-tiba saya melihat daratan gunung dan gurun berpasir di bawah smakin mendekat. Astaghfirulloh saya tidak kenal dengan perempuan di sebelah saya tapi saya pegang tangannya dan kami semua teriak, allahu akbar allahu akbar, bahkan beberapa penumpang di belakang muntah. Apakah pesawatnya akan jatuh? Apakah ini ajal yang sesungguhnya? Saya takut. Saya takut. Saya takut. Saya lihat babah di sebrang, babah juga panik meskipun tidak teriak. Saya nangis. Daratan semakin dekaaat saya udah pasrah pokonya ya allah saya pasrah. Tinggal beberapa ratus meter jarak ke permukaan tanah pesawat kami naik lagi. Alhamdulillah tapi tetap perasaan syock menghilangkan selera makan kami. Apalagi penumpang di belakang masih muntah-muntah. Mendarat selamat di Dubai, dan perjalanan selanjutnya ke Jakarta alhamdulillah lancar tidak ada kendala. Tapi tetep aja jadi tidak tenang kalau belum benar-benar turun di Jakarta. Ternyata setelah saya check setibanya di kantor, memang sering ada badai gurun di daerah pegunungan di sana, yang menyebabkan tidak seimbangnya pesawat yang lewat. Bukan hanya pesawat kami, tapi hampir semua pesawat yang lewat di daerah sana waktu itu mengalami hal yang demikian.

Sungguh perjalanan yang melelahkan dan menegangkan. Tapi semoga semua nya berkah dan mendapatkan umroh yang mabrur, di kabulkan doa-doanya, segera, dan terimakasih.


Group 22 Mei 2015 – 30 Mei 2015 23 pax
PT. NEEKOI WISATA
By Singapore Airlines. CGK-SIN-JED-SIN-CGK via Dubai
Hotel Madinah Sofara Al Huda *4
Hotel Makkah Pullman Zamzam *5
Muthowif Ustad Junaidi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar