Jumat, 04 April 2014

Why I am so lost?

Sesuatu rasanya kembali terjadi akhir-akhir ini, sesuatu yang sebelumnya pernah terjadi dalam hidup saya. Yang meninggalkan luka yang cukup dalam, meninggalkan sesuatu yang kalau kembali saya ingat, linu rasanya. Tapi mungkin kali ini saya tidak akan membiarkan sesuatu itu terjadi sekelam sebelumnya, ketika sesuatu mulai terasa berbeda; oh, ini harus segera di selesaikan. Sebelum perasaan ini menyelesaikan saya.

Tuhan memang selalu mempertemukan kita dengan orang salah sebelum kita di pertemukan dengan orang yang tepat. Atau mungkin sebetulnya kita sudah bertemu dengan orang tepat tersebut, namun hati kita tetap ngeyel, selalu saja ingin mencari hati yang susah, yang lebih sulit di jangkau, dan lebih sulit di kejar. Dan pada akhirnya, hati sendiri yang merasa lelah karena terlalu banyak menelan patah hati. Dan hal itulah yang membuat saya malas, malas bertemu dengan orang salah dan mempunyai suatu kenangan dengannya.


Dalam suatu hubungan, saya selalu ingin bertahan. Itulah kelemahan saya mungkin, terlalu mempertahankan perasaan yang tidak pasti. Saya selalu tidak ingin hubungan yang saya jalin berakhir begitu saja, iya, karena saya sungguh tidak ingin mengoleksi banyak mantan dalam hidup saya. Entah setolol apa saya dulu, yang pernah mempertahankan sampai 4 tahun hubungan yang akhir-akhirnya membuat saya patah hati juga. Haha lucu memang. Terkadang sosok setia memang tidak seberuntung seperti di dongeng-dongeng.

Tapi sesuatu tidak bisa begitu saja berubah, ketika saya kembali mempercayakan hati kepada seseorang yang berjanji akan bertanggung jawab sampai nanti, saya menjadi sosok setia itu lagi. Saya selalu berusaha menjadi seorang yang menerima, sungguh, setiap kali sikap tidak nyaman yang saya rasakan, saya tidak sekalipun membicarakannya kepada pasangan saya, berharap bahwa itu adalah sebuah proses dalam hal penerimaan. Saya sungguh tidak ingin mengakhiri hubungan dengan siapapun saat ini, tapi ketika perasaan aneh itu datang kembali, entahlah.. Apa yang harus saya lakukan?

Dear kamu,

Saya selalu ingin setia, tapi ketika saya bertahan dalam kesetiaan itu, apa yang menjamin saya akan bahagia? Apakah ada yang menjamin bahwa saya akan bahagia? Tidak. Bahkan tidak ada komitmen resmi yang kita buat sebelumnya, dan saya masih bertanya dalam hati, apa yang membuat saya harus menunggumu dalam setia? Saya bahkan tidak yakin kalau kesetiaan saya selama ini juga terbalasakan dengan hal yang sama. Saya sangat yakin, bahwa tidak hanya saya perempuan di hatimu. Haha sungguh terlalu kalau saya mengaharapkan hanya saya satu-satunya. Saya tahu tapi seperti saya katakan, saya tidak membicarakan ini kepadamu. Saya tidak menuntut kesetiaan yang sama, karena saya yakin jika pada waktunya saya pasti akan mendapatkan hal demikian dari seorang terbaik yang telah dipersiapkan Tuhan, entah kamu, entah siapapun itu. Saya hanya selalu belajar untuk menjadi perempuan baik dalam hidup orang-orang di sekitar saya. 

Dan kalaupun saya masih trauma atas sakit itu, kamu harus mengerti. Bahwa tidak ada seorang manapun yang dengan rela patah hati, apalagi patah hati kembali. Saya, begitupun mencintai kamu, tetapi saya harus lebih mencintai diri saya sendiri. Sehingga ketika kamu berpotensi menjadi sesuatu yang menyakitkan bagi hidup saya, maka saya harus mengindar. Setidaknya saya menjauh, atau dalama fase yang tidak bisa saya pertahankan, saya harus membiarkan kamu pergi. Sebelum semuanya menjadi terlambat bagi saya. 

Saya tidak berencana meninggalkan kamu, tetapi apapun yang saya lakukan dalam hidup saya selama ini karena saya ingin bahagia. Dan itu tujuan setiap orang bukan? Sayapun ingin yang terbaik dalam hidup saya. Saya tidak ingin, dan mungkin bukan hanya saya, siapapun tidak ingin terjatuh apalagi jatuh dalam kesalahan yang sama. Jika memang kesetiaan saya tidak di perlukan lagi, maka keihklasan saya dalam membiarkan kamu pergi mungkin akan lebih mudah untukmu.

Saya tidak ingin mempertahankan hubungan bila kamu sendiri tidak berusaha mempertahankan saya. Saya juga ingin dipertahankan dan diperjuangkan. Jika kamu merasa saya yang pergi, maafkan. Saya mungkin tidak sungguh-sungguh pergi. Hanya menghindar karena takut atas sikap kamu yang sedikit banyak membuat saya merasakan perasaan 'cinta yang bertepuk sebelah tangan'. Merasakan kehadiramu tetapi tanpa cinta di dalamnya. Saya hanya tidak ingin mengingat kamu sebagai kenangan pahit seperti yang sudah-sudah..

Tapi jika saya dalah satu-satunya, dan kamu ingin mempertahankan saya, lakukanlah.. Saya sungguh ingin di pertahankan. Katakan sesuatu kepada saya yang akan membuat saya kembali ingin menunggumu dalam setia, lakukan sesuatu yang akan membuat saya yakin, bahwa kamu adalah yang terakhir yang akan terjadi dalam hidup saya. Lakukan sesuatu dan berjanjialah kepada saya dengan janji seorang pria sungguhan.

Hingga saya akan kembali setia hanya kepada kamu sampai kapanpun, kamu bisa memegangnya sebagai janji. Apa kamu tahu, betapa setianya seorang perempuan seperti saya? Kamu tidak dapat menduganya. Tidak ada lagi di dunia, ini sungguh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar