Apakah kamu pernah merasakan jatuh cinta kepada seseorang? Cinta yang sungguhan.Yang membuat kamu menjadi begitu bersemangat, begitu hidup, seakan kamu telah menemukan cinta sejati yang akan menjadi pelabuhan terakhir dalam perjalanan cintamu. Kamu ungkapkan perasaanmu setiap hari, perasaan cintamu yang kamu rasa semakin bertambah setiap hari. Seseorang itu sungguh berbeda, dia mengubah hidupmu dan, oh, kamu begitu bahagia karena telah memiliki hatinya. Kamu banggakan kepada setiap orang bahwa dia adalah cintamu, begitu indahnya hidup ini, seakan kamu dapat mengenggam dunia, menggapai bintang bintang di angkasa.
Iya, seindah itukah jatuh cinta?
Tapi kemudian, perlahan kamu menyadari, bahwa rasa cinta itu tidak selalu ada, atau bertahan. Hari demi hari, cepat atau lambat, kemdian perasaan cinta itu mulai terasa biasa. Cinta yang kamu bangga banggakan, perlahan memudar dan kamu mulai merasa, ah.. aku jenuh. Seseorang yang tadinya begitu sempurna tiada duanya di matamu lama lama menjadi biasa saja rasanya. Dan kamu mulai mengabaikannya, kamu merasa tidak harus bertahan dengannya. Lalu janji janji dan rencana masa depan yang indah itu, ah lupakan.
Apakah cinta bisa hilang secepat itu? Mungkin.
Lalu apakah itu cinta? Iya, itu adalah cinta, cinta monyet namanya.
Banyak sekali kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi, mungkin bertahan selamanya, atau mungkin hanya sampai pada ujung kenangan saja. Biasanya cinta yang cepat hilang adalah karena kamu mencintainya bukan karena tulus hati, akan tetapi karena sesuatu yang lain, semisal; kamu mengagumi dia yang rupawan. Kamu tahu, cinta yang berbentuk fisik akan memudar seiring dengan matahari yang tenggelam. Atau misal yang lain, kamu mencintainya karena dia hebat. Bukan tidak mungkin jika suatu saat cinta itu akan hilang juga ketika seseorang itu menjadi tidak hebat lagi.
Kemudian, saya merenung.
Saya mengamini kenapa Tuhan melarang manusa untuk menjadi 'dekat' dalam arti sangat dekat. Manjalin suatu hubungan yang sesungguhnya lebih banyak membawa madhorotnya dari pada manfaatnya. Yang lebih banyak sakitnya dari pada senangnya. Mungkin senangnya hanya sebatas di awal tadi saja seperti yang tadi saya ceritakan. Dan kalau kamu sedang merasakan sakit hati karena cinta monyet itu, harap salahkan dirimu sendiri. Siapa suruh pacaran sama monyet.
Kemudian, saya kembali merenung.
Itulah kenapa kita tidak boleh berharap setinggi langit kepada manusia, yah begitulah. Seperti yang tadi saya ceritakan, manusia ya manusia, yang cepat sekali berubah fikirannya, berubah perasaannya. Dan apalagi ketika kamu hanya mengandalkan hubungan kedekatan yang tanpa izin itu, wassalam, tidak ada yang bisa kamu tuntut dari siapapun untuk mengganti harapan kamu yang jatuh seperti hujan dari langit menghempas tanah. Begitu menyedihkan.
Saya, pernah berada di titik dimana saya berada dalam kondisi yang menyedihkan itu. Terlalu sering menganggap seseorang lebih dari harga yang pantas dia dapatkan. Iya, seperti hobi menanam kekecewaan untuk diri sendiri. Begitulah... Karena kecewa itu di mulai dengan berharap pada selain Tuhan.
-ini kisahku, mana kisahmu-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar