"Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah". QS. Al Fath:10
Begitu mulianya sebuah janji, tertulis dalam Al Quran, atas nama Tuhan. Kamu, saya, semua orang di dunia ini pasti pernah berjanji, namun banyak juga di antara kita yang tidak memahami apa sih itu janji. Janji seolah hanya sebuah kata untuk membuat seorang diam, membuat seorang percaya, dan tidak semua orang paham bahwa janji itu juga menjadi sebuah harapan. Namun begitu masih ada lah beberapa orang yang tidak ingin asal berjanji, karena mereka paham bahwa tidak semua kata-kata sanggup di bawa mati.
Lalu kenapa masih banyak orang yang 'bercanda' dengan janjinya? Saya bukan sok sholeha, saya pun pernah mengingakari sebuah janji, tapi sungguh tidak pernah saya lakukan dengan bercanda. Saya bukan tipe orang yang menyederhankan perasaan orang lain yang merasa tidak nyaman karena saya, saya tidak mau orang berfikir sebuah hal tentang saya yang sayapun tidak suka bila memikirkan hal yang demikian kepada orang lain.
Pernahkan saya ceritakan sebuah janji yang manis? Sedehana sih, tapi sekarang ini sudah susah saya temukan lagi yang seperti ini. Ceritanya saya dengar dari teman saya, yang konon katanya orang tuanya memiliki sebuah janji yang manis. Dulu, belum ada orang yang memiliki handphone, apalagi media social yang memudahkan kita berkomunikasi. Dulu, berjanji adalah sungguh janji. Dulu, orang sungguh menghargai janji, janji sungguh menjadi kewajiban dan akan menjadi beban jika mereka ingkar.
Sebutlah Tegar dan Rosie, mereka adalah sepasang kekasih yang di pisahkan jarak, mereka membuat sebuah janji pertemuan, di sebuah tempat pada waktu yang sudah mereka sepakati. Lama, menunggu, kemudian, dan akhirnya tiba saatnya hari yang di nantikan. Keduanya begitu gugup, tidak tahu apakah orang yang begitu di harapkan akan menepati janjinya, tidak ada jaminan bahwa dia tidak akan ingkar. Janji itu hanya terucap dari mulutnya, sekali lagi, tidak ada jaminan kalau janji itu pun juga tercatat di dalam hatinya.
Tapi janji adalah janji, dan janji adalah sebuah harapan, Rosie tidak ingin Tegar menunggu, atau lebih tepatnya Rosie tidak sabar untuk segera bertemu Tegar. Rosie datang lebih awal dari waktu yang sudah mereka sepakati. Dan kamu tahu kenapa janji ini begitu manis? Karena ternyata Tegar sudah lebih dulu menunggu Rosie disana...
So sweet kannnnn? Di jaman komunikasi yang amat sulit, Tegar tidak perlu membuat Rosie khawatir, janji pasti akan mereka tepati. Mungkin kalau jaman sekarang, Rosie sudah cerewet bertanya "besok jadi?", "kamu dimana?", "aku otw", atau sebagainya. Janji di jaman sekarang memang sedikit banyak masih di ragukan ke tepatannya, karena janji itu sendiri banyak mengalami perubahan makna di dalam hati manusia. Kalau dulu janji adalah sebuah kepastian, sekarang janji adalah sebuah kemungkinan. Semua orang bisa bernyanyi, seperti halnya berjanji. Tapi tidak semua enak di dengar, tidak semuanya di tepati.
Komunikasi yang semakin mudah juga membuat seorang semakin memudahkan urusan perasaan orang. Misal, jaman dulu mungkin kalau kita ingkar janji akan sangat sulit karena harus bagaimana cara mengabarkannya? Meskipun itu mendesak, tetap saja akan menjadi ingkar. Sakitnya ada 2, sakit tidak di kabari dan sakit karena kecewa. Dimana? Disini.
Sekarang, seorang mudah saja ingkar janji bahkan pada hari H nya. Di sms atau telepon juga bisa, tapi tetap saja urusan kecewa ini selalu tidak sederhana. Tetep bikin sakit. Dimana? Disini.
Intinya, tidak perlu berjanji jika tidak mampu menepati. Jangan berjanji jika berniat untuk di ingkari. Jangan membuat seorang bosan dengan janji-janji yang kalau tidak jadi maaf ya jadi khilaf. Tidak perlu berjanji apa-apa, seseorang tidak ingin memberimu kesempatan berbuat dosa dengan melanggarnya.
Breaking a promise is breaking someone's heart instead.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar