Sebenarnya saya sendiri tidak terlalu paham dengan semua ini. Ini kekurangan saya apa sebenarnya semua orang mengalami hal yang sama dengan saya? Atau beberapa orang mungkin. Tentang ini, rasanya harus menjadi perhatian lebih untuk saya pribadi. Tetesan itu... bukan, ini bukan tentang tetesan air mata saya malam itu, bukan pula tetesan embun. Ini sesuatu yang lain yang lebih mengganggu, dan jujur ini lebih sulit.
Sederhana sih sebetulnya, tetesan yang tidak terduga itu biasanya ada ketika saya minum. Iya, minum. Entah apa yang terjadi tapi ketika saya minum air dari sebuah gelas secara langsung tanpa sedotan, saya selalu meneteskan setetes dua tetes sisanya dari mulut saya. Menggelikan bukan? Entahlah.. Apa kalian juga begitu seperti saya? Dan apakah ini memalukan? Karena ini sulit.
Awalnya saya menganggap ini hal yang biasa saja, ck ah, tetesan seperti ini siapa pula yang akan memperhatikan dan mempermasalahkan. Iya saya tadinya tidak terlalu peduli dengan tetesan itu sampai akhirnya ketika saya dan teman saya sedang minum berdua di pantry kantor kami, yak kami minum, bareng berjejeran. Kebetulan dekat keran air juga sih. Lalu kemudian..
"Eh, Pit, keran airnya bocor ya?" Teman saya berkata demikian sambil melihat-lihat keran air di depan kami. Beberapa tetes air menetes di punggung kakinya. Saya sih masih belum selesai minum lalu menoleh ke teman saya. Dan teman saya pun menoleh ke arah saya, menatap saya dengan tatapan nganga karena ternyata tetesan itu berasal dari mulut saya. Huahahaha saya gak enak hati banget waktu itu. Tapi saya tidak sengaja. Itu hal alamiah yang terjadi..
Sejak saat itu, saya mulai memperhatikan kalau saya memang tidak pandai minum langsung menggunakan gelas, harus ada perantara semacam sedotan atau sendok. Dan saya sadar, kalau orang lain pun akan menyeringai kalau melihat bagaimana saya minum. Seperti ketika saya minum di sebuah rumah makan bersama seorang teman laki-laki, saya minum seperti biasa, sangat biasa dan saya minum seanggun mungkin di hadapanya. Lalu dia melihat tetesan itu membasahi dagu dan kerudung saya, lantas dia pun tertawa lembut sambil menyodorkan sebuah tissue dan bilang, "Minumnya pelan-pelan aja, Neng. Sampe belepotan gitu".
Pelan-pelan? Saya sungguh pelan-pelan. Bahkan sudah seanggun yang saya pikir namun kenapa? Apa betuk gelasnya yang salah? Atau mulut saya yang seperti bayi selalu belepotan? Ah yang jelas sejak itu saya mulai menyikapinya dengan serius.
Saya belajar bagaimana supaya ketika saya minum tidak ada yang menetes, dan itu sulit, jujur. Kalau kalian tahu bagaimana caranya, katakan! Sungguh.. Ini sebenarnya hal kecil, saya masih bisa mengatasinya dengan sedotan atau selalu memegang tissue selama minum tapi, saya selalu berfikir aja gitu, kenapa saya selalu belepotan ketika minum?
Mungkin kamu akan merasa illfeel kepada saya lepas membaca ini tapi, tapi tidak akan mengurangi rasa suka kamu terhadap saya kan? Ini rahasia kita ya?
setelah baca posting ini saya beberapakali coba minum... secara biasa... tapi gak netes sedikit pun... kok bisa ya? mungkin kamu ngegigit gelasnya? atau bibir bawah kurang ngajeubew, atau kamu gak nyedot aernya pas minum? atau mungkin kamu terlalu manyun mas minum... coba lah... relax aja... biarkan bibir dan gelas menyatu.. setelah itu biarkan air masuk pelan pelan dan sedotlah perlahan.. telan... sedot... telan... sedot... inget ini bukan tutorial sedot septictank ya...
BalasHapusWahay ayam jago,
Hapussaya sungguh sudah berlatih keras. Kalau minumnya di seruput itu gak netes alhamdulillah.. tapi kalau minum air putih seperti layaknya orang belum minum 3 tahun, saya pasti netes...... Baiklah gak 3 tahun juga sih.
Ya pokoknya kalau memang saya bisa mengatasinya, tidak usah buat tulisan ini lah saya...
Jadi kuat dugaan kalau bukan salah mulut saya kayak bayi ya salah gelasnya. Atau yang salah tukang cetak foto.
wahay anak manusia... kenapa engkau melimpahkan kesalahan pada tukang cetak foto... taukah engkau bahwa dia punya keluarga.... apa kata keluarganya kalau mereka tau ini!!! sadar lah... ini mungkin salah adonan... jadi kuenya bantet...
BalasHapusbaiklah.. semua ini sudah suratan takdir. maka dari itu tidak usah nyalah-nyalahin tukang cetak foto sama adonannya.
Hapusmungkin ada baiknya kita mengambil hikmah dari semua ini, yaitu tetap belajar membuat adonan kue yang benar supaya nanti di hari lebaran kue nya bisa di jual, lumayan buat beli sepatu baru, alhamdulillah.
untuk dipakai di hari raya tak punya pun tak apa apa masih ada sepatu yang lama....
Hapusiya gak apa-apa pake yang lama juga asal gak pake talenan aja yah.
Hapus