Rabu, 18 Desember 2013

People Change Memories Don't


Masa kecil memang masa yang menyenangkan. Tapi tidak semuanya, beberapa membuat hati saya sakit ketika mengingatnya. Saya mengalami masa yang berbeda pada waktu yang bersamaan ketika itu, masa berjaya dan masa suram. Dan ketika itu adalah ketika saya usia 7-15 tahun.
Usia itu kan lagi rajin-rajinnya saya sekolah sambil mengaji di sebuah pesantren di kampung saya. Dan ketika itu saya lebih menyukai sekolah dari pada mengaji. Kenapa? Karena di sekolah saya lebih berjaya ketimbang di pegajian.

Di sekolah saya punya banyak sekali teman-teman yang baik yang membuat masa kecil saya berarti. Bahkan saya punya lebih dari 10 orang bestfried ever!! Saya pernah menjadi ketua kelas, dan saya suka sekali main bola dan kami membentuk tim yang jago sekali, yang selalu menang melawan siapapun. Saya jago main loncat tinggi/karet, sondah, odok-odokan, galah dan saya tidak jago main bola bekles.

Saya juga selalu juara 1 atau 2 selama kelas 1 s.d kelas 6, bersaing dengan salah satu bestfriend saya dan itu membuat saya menjadi salah satu murid yang dekat dengan guru dan itu sangat menyenangkan. Dari kelas 3 sampai kelas 6 SD saya menjadi pengibar bendera yang tidak pernah tergantikan. Saya populer sekali dan di sukai banyak teman cowok saya *ehmm.
Saya aktif mengikuti lomba ini itu dan waktu kelas 5 saya menjadi murid teladan mewakili sekolah saya berlomba di kecamatan, ya walaupun mendapat juara 7 tapi saya bangga sekali.

Cukup!
Terlalu banyak masa kejayaan saya ketika saya sekolah yang sebetulnya ingin saya certiakan tapi tidak harus.

Tapi di pengajian, saya sangat menyedihkan. Saya tidak punya teman dan saya tidak mendapatkan sikap yang baik dari teman-teman saya. Saya bahkan mengalami yang namanya di bully. Kenapa? Saya tidak tahu. Entah apa yang salah dari diri saya. Apakah saya jarang mengaji? Atau saya popular di sekolah?

Ketika saya sekolah dan ketika saya mengaji, saya mengalami hal yang sangat berbeda. Saya benci sekali mengaji, membuat saya malas pergi mengaji dan lebih bersemangat sekolah. Saya sering di marahi mamah, di ceramahi ini itu. Padahal bukan mengajinya yang buat saya malas, tapi lingkungannya.

Saya tidak suka sendiri di keramaian, haish.
Saya tidak suka sikap judes orang lain kepada saya.
Saya tidak suka di bentak di pelototin.
Saya tidak suka di di cubit cubit dan di pukul dengan sapu, sakit sekali.
Saya tidak suka kalau kitab saya di sembunyikan di tempat paling tinggi sehingga saya menangis karena tidak bisa mengambilnya. Dan tidak ada yang membantu saya.
Saya tidak suka sandal saya di lempar jauh dan di sembunyikan entah dimana.
Saya tidak suka mendengar orang lain membicarakan saya sampai mulutnya berbentuk jelek sekali.
Saya tidak suka di labrak oleh lebih dari 5 orang.
Saya tidak suka mereka berbuat demikian terhadap saya.
What the fvck!

Gara-garanya, saya jarang pergi mengaji hingga akhirnya berhenti mengaji di pesantren pada kelas 1 SMP, padahal ada yang sampai menikahpun masih mengaji di sana. Itu membuat saya goblok dalam ilmu tajwid, tauhid, fiqih, doa, dll. Saya hanya bisa membaca al quran tapi tidak faham ilmunya. Itu karena saya tidak pergi mengaji, dan itu karena saya sakit hati. Dan saya sungguh menyesalkan itu sekarang. Saya sedih.. huft



Seperti kata orang, menyesali yang telah terjadi tiada gunanya. Jadi sebisa mungkin saya membiasakan saja. Bukan sok baik atau sok suci, tapi saya sungguh tidak mebenci mereka yang telah berbuat sedemikan buruk kepada saya. Saya menganggap itu hal biasa yang terjadi di kalangan anak-anak walaupun saya tau mereka jauh lebih berumur ketimbang saya.

Sekarang saya sudah besar, kami sudah tidak lagi bersikap seperti itu lagi. Saya bekerja di luar kota dan sejak berhenti mengaji saya sudah jarang sekali dan hampir tidak pernah bertemu dengan mereka. Beberapa kali mungkin pernah bertemu, tapi semua berbeda. Ada yang pura-pura tidak mengenal saya, ada yang senyum saja, ada yang sok akrab menanyakan kabar dll, seolah-olah dari dulu dia sungguh mencintai saya. Hehe.

Dan saya sendiri, saya tipikal orang yang malu-malu dan ngikut saja. Jadi saya lebih memilih cuek saja, ikut senyum, dan ikut tanya kabar denganmeriah. Saya sungguh tidak mempermasalahkan kejadian dulu lagi, walaupun ketika saya mengingat, ada sakit di hati saya tapi tidak apa-apa. Saya lebih sakit jika seandainya sampai sebesar ini saya masih di bully.

Saya ingin menjalin silaturahmi yang akrab dengan mereka, karena bagaimanpun mereka adalah teman seperjuangan saya ketika mengaji. Saya tidak ingin kami terus seperti sekarang, kaku dan pura-pura tidak mengenal. Saya tidak ingin mengenal orang karena mempunyai sebuah kenangan buruk dengannya. Bukan kah kita tumbuh menjadi dewasa agar dapat bersikap lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar