Quote yang sederhana tapi bener, jika kita tidak berubah maka tidak akan ada yang berubah pada diri kita. Jika kita tidak memindahkan gelas di meja, maka selamanya gelas itu akan tetap ada di meja. Kecuali ada gempa, mungkin gelasnya akan goyah dan bisa jadi sampai terjatuh kemudian pecah berkeping-keping. Jika saya tidak melakukan perubahan pada diri saya, maka selamanya saya akan terus seperti ini hingga sesuatu terjadi dan membuat saya hancur berkeping-keping. Setidaknya saya harus menempatkan posisi saya di tempat yang tepat dan aman, tempat terbaik dimana searusnya saya berada.
People berkata banyak yang telah berubah dalam diri saya, terutama mereka yang melihat penampilan saya saat ini. Sebenarnya sudah sejak 2 tahunan yang lalu saya memiliki rencana untuk hijrah dalam penampilan saya, kala itu saya "menyicil" membeli kerudung-kerudung syar'i dan mengoleksi lebih banyak gamis. Mereka hanya saya kenakan pada saat-saat tertentu saja seperti saat umroh sampai beberapa minggu setelah umroh, setelah itu saya kembali pakai celana dan blouse favorite saya. Waktu itu, entah kenapa saya seperti malu ketika saya mengenakan pakaian syar'i, suatu perasaan yang sebetulnya adalah kebalikan dari yang seharusnya. Saya juga merasa tidak PD, mungkin karena belum banyak teman-teman saya yang juga berpakaian syar'i. Terlebih saya juga merasa malu kepada diri sendiri yang sepertinya pakaian itu "terlalu baik buat aqu", tidak mencerminkan saya yang sesungguhnya, hati saya seakan merasakan suatu kemunafikan dalam diri saya. Karena itu saya merasa malu pada diri saya sendiri.
Saya disini ingin berbagi, tentang bagaimana sesuatu menyentuh hati saya sehingga saya akhirnya bisa sedikit berubah dan bekerja keras hingga saat ini. Saya sama sekali belum menjadi pribadi yang baik, bahkan saya belum memiliki setetes pun kebaikan dari lautan kebaikan di dunia. Namun setidaknya saat ini saya memiliki keinginan untuk terus mendapatkan setetes demi tetes kebaikan dalam diri saya, untuk menenggelamkan rasa bersalah dalam diri saya, untuk menghanyutkan rasa penyesalan masa lalu saya, untuk membersihkan hati dan jiwa saya. (Do u think I am over? :)) but idc that's just what I feel)
Tiba-tiba malam itu saya terbangun karena merasa badan saya panas, dan gelap. Gelap sekali sampai saya tidak yakin apakah mata saya benar-benar sudah terbuka apa belum. Tapi saya yakin saya sudah membuka mata saya, tapi tidak ada yang bisa saya lihat. Dan saat itu juga saya seperti di sambar ketakutan yang membuat dada saya sesak, bukan hanya sekedar takut karena gelap tapi saya takut jika memang saat itu saya sudah ada di alam kubur. Tapi kemudian, saya bisa meraba kasur dan selimut saya. Saya yakin ini selimut saya, akhirnya saya tau bahwa gelap itu karena mati lampu dan panas itu karena kipas angin juga mati. Sangat sulit untuk mencari handphone untuk menyalakan senter, tapi saya memutuskan untuk tidak menyalakan senter. Biasanya saya teriak ketika gelap tapi entah kenapa dengan masih bisa meraba kasur dan selimut saya pun, hati saya lega sekali. Ternyata saya belum berada di alam kubur.
Saya terdiam, masih dalam keadaan syok. Saya diem aja gitu gelap-gelapan, lalu mulai teringat kembali semua kesalahan dan dosa-dosa yang sudah saya lupakan, entah masih terbawa perasaan dan suasana tapi saya benar-benar kembali bisa mengingat semua kesalahan itu. Ada banyak, ada sangat banyak sekali kesalahan dan dosa saya yang entah bagaimana masih bisa membuat saya hidup tenang-tenang sampai saat ini. Kenapa saya masih tenang? Bagaimana kalau memang benar sekarang saya ada di alam kubur, bukankah sudah terlambat untuk memperbaiki atau bahkan sekedar untuk memohon ampun? Takut T_T sumpah.
Tidak lama listrik hidup lagi, kamar saya kembali terang dan kipas angin membuat keringat di badan saya mengering. Tapi sikap saya terlalu berlebihan ketika listrik itu kembali hidup. Saya sedih sesedih-sedihnya, saya menangis sampai tidak bisa tidur lagi, saya menangis dengan perasaan yang entah bagaimana harus saya jelaskan disini. Itu adalah perasaan yang sangat emosional, perasaan yang sangat kuat. Seperti sudah di bangkitkan dari alam kubur dan di berikan kesempatan untuk kembali hidup dan memperbaiki kesalahan saya, untuk memperbaiki hidup saya. Sungguh, ini seperti sebuah kesempatan. Mungkin ini memang kesempatan untuk saya. Allah telah memberikan hidayah-Nya kepada saya ketika listrik di rumah tempat tinggal saya mati hanya dalam beberapa menit saja, saya sangat bersyukur atas matinya listrik malam itu.
Sejak saat itu saya selalu terbayang-bayang ketakutan berada di dalam gelap dan sendiri, terbayang-bayang kalau saya tidak akan mendapatkan kesempatan lagi. Lalu saya mulai tidak tenang menjalani hidup yang biasa saya jalani, seperti ada sesuatu yang terus-terusan mengawasi dan membuat bad mood sepanjang hari. Saya tidak tertarik lagi saat di ajak main sama teman kantor, saya jadi sering berantem dengan pacar karena sikap saya yang gak asik dan menolak ketemu untuk menyelesaikan masalah kami.
Kenapa saya hidup seperti ini? Kenapa sulit sekali untuk mencapai sesuatu? Rasanya semakin ingin di capai malah semakin jauh. Itu adalah saat-saat terpuruk dimana saya menginginkan sesuatu tapi saya tidak tau apa yang saya inginkan. Baiklah. Mungkin memang sudah seharusnya saya tidak menahan apa yang seharusnya di lepaskan, sudah seharusnya saya meninggalkan apa yang seharusnya tidak saya jalani. Terkadang, dalam beberapa hal kita harus kejam kepada diri sendiri. Berat sekali rasanya, pada awalnya.
Pertama kalinya, saya mengikuti ta'alum di masjid Al-Muhajirin yang ada di dekat kantor. Itu juga tanpa rencana karena saya melihat info ada kajian disana itu siang dan sorenya saya memutuskan untuk pergi. Pertama kali datang, seperti berada di tempat asing dimana saya tidak seharusnya berada. Hanya saya seorang yang jadi cewek nya disana, lainnya itu akhwat yang berpakaian syar'i dan beberapa orang bahkan bercadar. Saya hanya pakai rok, kaos panjang agak ketat dan kerudung paris segi empat yang tipis, saya bahkan tidak pakai kaus kaki. Malu banget tapi lebih malu kalau balik lagi. Untung saja ada mukena jadi saya pakai mukena sepanjang kajian berlangsung. Pertama kalinya datang ke kajian dan pelajaran paling pertama yang saya dapat adalah tentang penampilan. Allah kembali memberikan hidayah-Nya kepada saya sore itu. Saya, pertama kalinya malu dengan penampilan saya (yang saya pikir saat itu pakaian saya sudah cocok untuk saya pakai ke kajian-rok).
Sepanjang kajian, waktu itu temanya adalah tentang Kasih Sayang Allah yang di sampaikan oleh Ustad Adi Hidayat, itu juga pertama kalinya saya bertemu dengan ustad yang setiap kata-kata yang keluar darinya sangat meyakinkan, tidak meninggalkan keraguan dalam hati saya, sangat ikhlas, adem dan tenang sekali. Saya merasa hati saya tiba-tiba klop, ceramah yang di sampaikan begitu pas dengan suasana hati saya saat itu yang kemudian membuat saya bahagia. Saya merasa semua yang di katakan Ustad Adi itu benar dan saya percaya dengan sungguh-sungguh. Itu adalah pertemuan pertama saya dengan Ustad Adi, sebelumnya saya bahkan tidak tau siapa itu Ustad Adi sampai pada saat itu. Pas di kepoin ternyata beliau Ustad yang cukup terkenal dan banyak sekali jamaah nya, dan kajiannya cukup sering di daerah Bekasi. Saya mempertimbangkan untuk datang lagi di kajian Ustadz Adi, karena rasanya pertemuan kami yang hanya 2 jam tadi itu belum cukup. Dan untuk kesekian kalinya saya kembali di berikan hidayah.
Setelah sekian lama hidup dalam keterpurukan dan ketidakpastian, saya di berikan 2 jam yang berarti, hanya 2 jam saja yang cukup membuat saya merasa semangat dan saya merasa menemukan sesuatu. Saya sangat bersyukur pada hari itu, hingga saat ini saya sangat bersyukur menemukan info kajian hari itu, bersyukur karena saya tidak jadi membalikan badan untuk kembali pulang hanya karena malu dengan pakaian saya, bersyukur karena disana ada mukena, bersyukur bisa bertemu dengan Ustad Adi meskipun beliau tidak pernah tau hal ini, dan saya sangat bersyukur lagi karena kajiannya rutin di Bekasi. Saya harus bekerja keras untuk terus menambah ilmu agar saya bisa berhijrah ke tempat yang lebih baik, dan menemukan kebahagiaan yang selalu saya cari.
InsyaAllah bersambung..
Saya terdiam, masih dalam keadaan syok. Saya diem aja gitu gelap-gelapan, lalu mulai teringat kembali semua kesalahan dan dosa-dosa yang sudah saya lupakan, entah masih terbawa perasaan dan suasana tapi saya benar-benar kembali bisa mengingat semua kesalahan itu. Ada banyak, ada sangat banyak sekali kesalahan dan dosa saya yang entah bagaimana masih bisa membuat saya hidup tenang-tenang sampai saat ini. Kenapa saya masih tenang? Bagaimana kalau memang benar sekarang saya ada di alam kubur, bukankah sudah terlambat untuk memperbaiki atau bahkan sekedar untuk memohon ampun? Takut T_T sumpah.
Tidak lama listrik hidup lagi, kamar saya kembali terang dan kipas angin membuat keringat di badan saya mengering. Tapi sikap saya terlalu berlebihan ketika listrik itu kembali hidup. Saya sedih sesedih-sedihnya, saya menangis sampai tidak bisa tidur lagi, saya menangis dengan perasaan yang entah bagaimana harus saya jelaskan disini. Itu adalah perasaan yang sangat emosional, perasaan yang sangat kuat. Seperti sudah di bangkitkan dari alam kubur dan di berikan kesempatan untuk kembali hidup dan memperbaiki kesalahan saya, untuk memperbaiki hidup saya. Sungguh, ini seperti sebuah kesempatan. Mungkin ini memang kesempatan untuk saya. Allah telah memberikan hidayah-Nya kepada saya ketika listrik di rumah tempat tinggal saya mati hanya dalam beberapa menit saja, saya sangat bersyukur atas matinya listrik malam itu.
Sejak saat itu saya selalu terbayang-bayang ketakutan berada di dalam gelap dan sendiri, terbayang-bayang kalau saya tidak akan mendapatkan kesempatan lagi. Lalu saya mulai tidak tenang menjalani hidup yang biasa saya jalani, seperti ada sesuatu yang terus-terusan mengawasi dan membuat bad mood sepanjang hari. Saya tidak tertarik lagi saat di ajak main sama teman kantor, saya jadi sering berantem dengan pacar karena sikap saya yang gak asik dan menolak ketemu untuk menyelesaikan masalah kami.
Kenapa saya hidup seperti ini? Kenapa sulit sekali untuk mencapai sesuatu? Rasanya semakin ingin di capai malah semakin jauh. Itu adalah saat-saat terpuruk dimana saya menginginkan sesuatu tapi saya tidak tau apa yang saya inginkan. Baiklah. Mungkin memang sudah seharusnya saya tidak menahan apa yang seharusnya di lepaskan, sudah seharusnya saya meninggalkan apa yang seharusnya tidak saya jalani. Terkadang, dalam beberapa hal kita harus kejam kepada diri sendiri. Berat sekali rasanya, pada awalnya.
Pertama kalinya, saya mengikuti ta'alum di masjid Al-Muhajirin yang ada di dekat kantor. Itu juga tanpa rencana karena saya melihat info ada kajian disana itu siang dan sorenya saya memutuskan untuk pergi. Pertama kali datang, seperti berada di tempat asing dimana saya tidak seharusnya berada. Hanya saya seorang yang jadi cewek nya disana, lainnya itu akhwat yang berpakaian syar'i dan beberapa orang bahkan bercadar. Saya hanya pakai rok, kaos panjang agak ketat dan kerudung paris segi empat yang tipis, saya bahkan tidak pakai kaus kaki. Malu banget tapi lebih malu kalau balik lagi. Untung saja ada mukena jadi saya pakai mukena sepanjang kajian berlangsung. Pertama kalinya datang ke kajian dan pelajaran paling pertama yang saya dapat adalah tentang penampilan. Allah kembali memberikan hidayah-Nya kepada saya sore itu. Saya, pertama kalinya malu dengan penampilan saya (yang saya pikir saat itu pakaian saya sudah cocok untuk saya pakai ke kajian-rok).
Sepanjang kajian, waktu itu temanya adalah tentang Kasih Sayang Allah yang di sampaikan oleh Ustad Adi Hidayat, itu juga pertama kalinya saya bertemu dengan ustad yang setiap kata-kata yang keluar darinya sangat meyakinkan, tidak meninggalkan keraguan dalam hati saya, sangat ikhlas, adem dan tenang sekali. Saya merasa hati saya tiba-tiba klop, ceramah yang di sampaikan begitu pas dengan suasana hati saya saat itu yang kemudian membuat saya bahagia. Saya merasa semua yang di katakan Ustad Adi itu benar dan saya percaya dengan sungguh-sungguh. Itu adalah pertemuan pertama saya dengan Ustad Adi, sebelumnya saya bahkan tidak tau siapa itu Ustad Adi sampai pada saat itu. Pas di kepoin ternyata beliau Ustad yang cukup terkenal dan banyak sekali jamaah nya, dan kajiannya cukup sering di daerah Bekasi. Saya mempertimbangkan untuk datang lagi di kajian Ustadz Adi, karena rasanya pertemuan kami yang hanya 2 jam tadi itu belum cukup. Dan untuk kesekian kalinya saya kembali di berikan hidayah.
Setelah sekian lama hidup dalam keterpurukan dan ketidakpastian, saya di berikan 2 jam yang berarti, hanya 2 jam saja yang cukup membuat saya merasa semangat dan saya merasa menemukan sesuatu. Saya sangat bersyukur pada hari itu, hingga saat ini saya sangat bersyukur menemukan info kajian hari itu, bersyukur karena saya tidak jadi membalikan badan untuk kembali pulang hanya karena malu dengan pakaian saya, bersyukur karena disana ada mukena, bersyukur bisa bertemu dengan Ustad Adi meskipun beliau tidak pernah tau hal ini, dan saya sangat bersyukur lagi karena kajiannya rutin di Bekasi. Saya harus bekerja keras untuk terus menambah ilmu agar saya bisa berhijrah ke tempat yang lebih baik, dan menemukan kebahagiaan yang selalu saya cari.
InsyaAllah bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar