Piknik

Sudah 6 tahun berlalu sejak terakhir kali saya mengijakan kaki pada deburan pasir, merasakan telapak hingga betis saya tersapu ombak yang menjilati bibir pantai. Sudah 6 tahun berlalu sejak terakhir kali saya merasakan kulit saya terbakar sinar matahari yang menyengat, bahkan saya hampir lupa bagaimana rasanya air laut. Apakah masih asin? Atau sudah berubah jadi manis? Ah.

Saya pikir, saat ini saya sangat membutuhkan pantay. Saat ini, saya ingin ada di pantay, melihatnya sejauh mata saya mampu menjangkau ujungnya. Saya ingin berteriak, meluapkan semua emosi yang ada dalam hati, membuangnya bersama ombak. Saya ingin bernyanyi, membahagiakan diri sendiri bersama angin. Saya ingin duduk saja, melihat fajar bersama burung yang pergi, melihat senja bersama burung yang kembali. Saya ingin sendiri, berbicara hanya bersama birunya langit. Saya ingin berselfie, membuktikan kepada semua orang bahwa saya juga bahagia berada disini.

Kenapa? Kenapa dua paragraph di atas sangat lebay? Apakah saya kurang piknik seperti kata orang-orang? Iyah, saya sangat kurang sekali piknik *nangis di pojokan*. Saya mau ke pantay! Pantay yang indah, yang masih biru bersih, tidak ramay dan nyaman. Saya terkadang marah kepada diri sendiri, kenapa selama ini saya tidak menyempatkan diri untuk membawa diri ke tempat yang benar-benar ingin saya pijak. Atau, saya tidak punya kesempatan? Jujur saya envy. Kepada mereka yang bisa membawa diri kemanapun yang mereka inginkan. Mereka mempunyai waktu yang sama dengan saya, 24 jam sehari. Harusnya saya pun memiliki kesempatan yang sama seperti mereka. Merka bisa pergi ke pantay, ke gunung, ke tempat yang luas yang indah yang bahkan rasanya tidak rela berpaling walau sekedar untuk berkedip. Saya, ingin kesana juga.

Saya memiliki waktu kerja yang normal, setiap hari Minggu saya libur. Bahkan kemarin libur 4 hari, saya juga libur. Tapi saya tidak kemana-mana, kenapa? Saya juga tidak tau. Saya hanya menghabiskan waktu membaca komik lama yang sudah saya hafal ceritanya. Me-love foto-foto orang-orang yang sedang jalan-jalan ke tempat yang indah-indah, berharap, andaikan saya juga ada disana, kapan saya bisa kesana, dan apakah mungkin bisa kesana. Tempat indah itu bukan hanya milik mereka kan? Saya juga bisa kesana kan? *nangis*. Saya tidak memiliki kesempatan untuk seperti mereka.

Padahal saya tinggal di Indonesia, negara kepulauan. Kita bisa ke pantay walau dengan naik sepeda motor, kita bisa ke pantay setiap minggu. Tapi kenapa saya hampir 7 tahun tidak ke pantay? Kemana saja saya selama ini? Saya marah kepada diri saya sendiri. Bahkan rumah saya ada di depan Gunung Gede, gunung yang tidak pernah sekalipun saya pijaki. Saya hanya menatapnya setiap kali saya pulang, mengatakan betapa indahnya gunung itu. Saya mau kesana. Saya butuh piknik. Sungguh. Saya mau ke hutan, naik ke gunung, lalu belok ke pantay. Saya rela menjadi hitam, asal bisa seharian bermain dengan pasir. Saya rela kaki saya bengkak, asal bisa menatap luasnya langit. AH, pecahkan saja gelasnya!!