Kamis, 26 Maret 2015

Dear You

Aku tidak berencana untuk menceritakan ini sebenarnya tapi, rasanya perasaan ini terlalu meluap luap dalam diri. Seperti ada begitu banyak kupu kupu di dalam perutku yang ingin terbang dan menari, membuat siapapun bahagia, membuatku bahagia. Seperti ada begitu banyak kunang kunang yang aku tangkap dengan kedua bola mataku di dalam gelap, gelap yang membuat batas atas apapun yang aku lihat, namun tidak ada batas atas mu.

Aku  bahagia, dan berharap akan terus bahagia seperti ini. Ketika seseorang berhasil membuka kembali pintu yang sudah sejak lama aku kunci dari dalam, berharap akan ada orang terbaik yang akan mengetuk pintunya dan aku sendiri yang akan membukakan pintu untuknya. Tapi, tiba-tiba kamu datang dan tiba-tiba kamu bisa membuka pintunya. Bagaimana bisa? Padahal kuncinya masih aku simpan di dalam saku bajuku sendiri. Tapi kamu? Kamu begitu lancang masuk dan membuat aku tidak ingin melepaskanmu. Kamu datang dengan seikat besar senyummu yang mampu membuat rumput duniaku menghijau sempurna.

Hingga aku menyadari, bahwa kamu dapat membuka pintu itu tanpa perlu memiliki kuncinya. Dia akan terbuka dengan sendirinya bila orang seperti kamu yang mengetuknya. Karena kunci pada setiap pintu, ada pada matamu. Kamu memiliki mata yang indah, sayang. Kamu memiliki wajah yang indah. Aku bisa mengingat begitu jelas bagaimana setiap garis pada wajahmu. Bagaimana garis-garis alismu berjajar, bagaimana ujung bibirmu tertarik ketika kamu tersenyum dan seperti apa gigimu berjajar di belakangnya, bagaimana potongan rambut terbaik yang pernah kamu miliki dan seberapa lebat mereka mampu tumbuh. 

Aku mulai jatuh ke dalam cintamu.

Tidak terbayang berapa banyak tissue yang sudah aku gunakan untuk membersihkan noda bibir pada layar ponselku. Kamu tersenyum disana, dan senyuman itu untuk kita berdua. Kita begitu bahagia saat itu, saat dimana foto itu kita ambil bersama-sama. Aku tidak pernah kehilangan senyum ketika melihatnya. Senyumanmu tak pernah menjemukan dan penuh dengan harapan. Mereka sehangat tatapan matamu, mereka sesejuk janji peri baik hati. Itu baru setitik dari kamus dirimu yang menyenangkan. Aku tidak pernah merasa jenuh untuk terus memikirkanmu. Dan aku tidak pernah merasa mampu jika sesuatu membuat aku harus melupakanmu. Ah, aku bahkan tidak punya cukup keberanian untuk sekedar membayangkan sesuatu yang amat mengerikan seperti melupakanmu.

Aku  bahagia, dan berharap akan terus bahagia seperti ini. Di setiap pagi, ketika senyum pertamaku hari itu tercipta pada wajahku yang kusut. Entahlah. Memikirkanmu selalu menyenangkan, seperti memikirkan apa kira-kira makanan terbaik yang bisa aku buatkan untukmu, meskipun aku tidak pandai memasak. Membayangkanmu selalu menyenangkan, seperti membayangkan kejutan apa lagi yang akan kamu berikan selain bunga dan sepotong lagu yang kamu nyanyikan dengan suaramu yang lebih merdu daripada angin. Menunggu kamu pun selalu menyenangkan. Tidak, menunggumu selalu membuat aku hilang sabar. Menahan debar jantung hingga tepat berada di depan matamu.

Dan aku mulai menyayangimu.

Kamu ada disini beberapa saat dan itu tidak pernah cukup, aku selalu ingin melebihi porsi yang ada. Kamu mulai mengerti apa yang aku butuhkan mau pun tidak aku inginkan. Kamu mulai mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja dan aku mempercayainya. Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya, merasakan bahwa diriku berharga dan di perhitungkan oleh seseorang.

Aku bahagia, dan berharap akan terus bahagia seperti ini. Ketika aku di berikan kesempatan untuk mencintaimu sedalam ini, sedalam yang aku mau, sedalam yang bisa aku berikan untukmu. Dan aku pun di berikan kesempatan untuk di cintaimu sedalam ini, sedalam yang kamu mau, sedalam yang bisa kamu berikan untukku. Kita saling memberikan yang terbaik, memanjatkan doa-doa terbaik. Pada setiap doa yang menjadi rangkaian tangga demi menuju kebersamaan yang selamanya, yang saat ini masih menjadi mimpi-kita. Ya Tuhan, aku bahkan tidak sabaran untuk sekedar menunggu-Mu mengabulkan setiap doaku atas namanya.

Karena sekarang ‘aku’ menjadi ‘kita’

Semoga langit dan bumi merestui. Sehingga setiap langkah menuju mimpi menjadi semakin nyata. Tidak peduli seberapa jauh kita harus melangkah, kita akan melangkah bersama-sama. Berapa lama waktu yang harus di tunggu, kita akan melaluinya bersama-sama. Sesulit apapun jalannya, kita akan melewatinya bersama-sama juga. Berjanjilah. Aku tidak akan merasa lelah, aku bisa memastikan itu padamu. Aku akan lelah bila langkahmu mulai melemah. Dan aku akan kalah bila kamu lepaskan. Percayalah, aku tidak akan membuatmu cemas. Aku akan menunggu, walaupun aku tahu bahwa menunggu bukanlah hal yang sederhana, tapi hidup tanpamu tentu saja akan lebih menyulitkan. Sepanjang apa pun perjalanan, kelak kamu pasti akan sampai. Dan seberapa pun semu penantianku, kelak pasti akan selesai.




Tulisan ini di dedikasikan untuk Toni Purwanto. Semoga Tuhan tidak (lagi lagi) membaca tulisan ini. Dia sudah cukup bosan mendengarnya dari dalam hatiku. Melebihi berkali-kali :D


Menulis ini sambil memikirkanmu, sambil mengantuk, sambil mendengarkan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar