Finally, i come back to
my ordinary life. Kembali menjalani rutinitas yang mendebarkan dengan peraturan
dan deadline, dari pagi sampai sore, di tempat bernama kantor. 2 minggu
terakhir saya menjalani hidup bahagia di rumah kampung berkumpul dengan keluarga,
tanpa bekerja dan tetap menerima gaji plus bonus THR. Sungguh hari-hari yang
indah, tiada duanya.
Sebenarnya, libur yang di tetapkan kantor adalah 3 minggu, tapi karena alasan tertentu boss kami menginformasikan bahwa kami harus masuk satu minggu lebih cepat di karenakan deadline pekerjaan kami yang harus di selesaikan tanpa ampun. Sakitnya tuh disini... saat lagi enak-enaknya merencanakan janji di minggu ke-3, semua di batalkan, bahkan beberapa teman yang sudah beli tiket pun terpaksa membeli lagi tiket pulang dengan tanggal yang baru. Tapi gapapa kok. GAPAPA.
Saya akui, hal paling menyenangkan dalam hidup adalah melakukan hal yang kita inginkan, seperti kemarin, saya sangat senang berada di rumah tanpa kegiatan yang menuntut dan hanya melakukan hal-hal yang saya sukai seperti tidur, makan masakan mamah, hang out, atau membuat nangis adik-adik saya yang masih kecil. Namun demikian, sesuatu yang kita inginkan tidak selalu menjadi hal yang selalu kita butuhkan. Kenyataannya justru inilah yang saya butuhkan, bekerja dan menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan dan hal-hal yang saya inginkan.
Saya memang belum sukses dan kaya raya, tapi saya tidak miskin. Saya memang tidak sehebat untuk mampu membeli segala yang saya butuhkan, apalagi segala yang saya inginkan. Tapi saya tidak lagi memiliki wajah untuk meminta uang kepada orang tua saya, bila itu hanya untuk keinginan saya memiliki ponsel terbaru, atau baju baru karena baju yang saya pakai ya cuma itu-itu saja, atau sepatu baru karena saya tidak punya sepasang sepatu yang cukup untuk saya pakai 7 kali bergantian dalam satu minggu.
Dari dulu, saya benci bekerja, saya benci hidup saya yang tidak berjalan sesuai dengan keinginan saya. Tapi tidak salah memang kalau saya sangat mensyukuri dan menikmati hasil dari apa yang tidak saya sukai. Berkatnya, saya bisa membelikan adik-adik saya baju, sepatu, saya bisa memberi saudara sepupu dan keponakan saya recehan THR yang walaupun tidak banyak, namun membuat sedikit kebahagiaan, saya bisa membeli apa yang saya butuhkan dengan tidak membatasi ukuran mahal begitu rendah. Tidak ada yang salah dengan pepatah 'bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian', walau akhirnya saya harus kembali bersakit-sakit dan kembali bersenang-senang di akhir bulan, bersakit-sakit lagi dan begitu seterusnya.
Ada cerita ketika saya berkumpul dengan kawan saya ketika bukber bulan puasa kemarin, ada banyak macam-macam cerita dari teman yang membuat saya makin bersyukur atas keadaan saya. Mereka melihat saya begitu sukses di sini, mereka bilang hidup saya enak dan menyenangkan, dan hal-hal baik lainnya yang selama ini tidak saya lihat oleh diri saya sendiri. Dan kalian tahu, mereka yang menatap saya demikian adalah mereka yang dulu saya tatap dengan tatapan yang sama.
Mereka adalah teman yang
waktu sekolah dulu di cukupi oleh orang tuanya dengan fasilitas yang waw. Di
belikan handphone keren dan motor kece untuk pulang pergi sekolah plus uang
saku yang banyak yang saya lihat tidak ada habisnya di pake jajan. Waktu
sekolah dulu saya di didik perih, saya di kasih uang saku yang hanya cukup
untuk jajan atau untuk ongkos. Jadi kalau saya jajan, saya harus jalan kaki
pulang/pergi sejauh 1 kilo lebih dari dari depan pos sampai ke rumah.
Sebaliknya, kalau saya tidak jajan, saya bisa naik ojek dan tidak capek. Tapi
keseringan saya jalan kaki sih, karena kamu tahu kan, kondisi memaksa saya
menabung sekecil apapun demi kebutuhan saya yang belum dapat di penuhi oleh
orang tua saya.
Saya tidak seperti mereka yang setiap ada model tas baru mereka beli, model sepatu baru mereka beli, aksesoris lucu-lucu mereka beli, handphone baru dan lain-lain. Saya harus menabung satu tahun demi membeli sepatu yang saya mau. Dan setelah saya berhasil membelinya, sungguh saya sangat menyayanginya, menjaganya, karena saya merasakan betapa susahnya membeli sepatu itu. Bahkan tidak saya biarkan teman saya menginjaknya sedikitpun. Tapi justru karena itulah saya dapat belajar menghargai, dan tahu betapa mahalnya setetes keringat yang keluar karena kita berusaha.
Barulah setelah bekerja saya bisa nyicil membeli motor, si Ringgo, saya beli smartphone saya sendiri, saya membeli baju dan sepatu yang saya mau walau harus menunggu setiap bulan untuk mendapatkan jatah belanja, dan semua itu saya beli sendiri. Tidak istimewa memang, semua itu bukan apa-apa, mungkin menurut kamu itu adalah hal biasa bagi setiap orang yang bekerja tapi, hey, itu adalah hal yang membanggakan untuk saya pribadi, karena saya merasakan betapa susahnya saya dulu bahkan untuk sekedar membeli baju murah di pasar. Dan semua itu tidak akan saya dapatkan kalau hanya bersenang-senang di rumah saja, membuat nangis adik sama sekali tidak menghasilkan uang. Saya sangat bangga pada diri saya, dan oh kenapa saya baru menyadarinya??
Setiap orang berada dalam pijakannya masing-masing, beberapa berada dalam pijakan lebih atas dari saya dan beberapa berada lebih bawah dari saya. Terkadang saya terlalu ingin melihat ke atas dan berusaha mengejar dengan kemampuan yang terbatas, hingga seseorang yang berada di bawah saya membuat saya 'harus lebih' memperhatikan mereka, dan menyadarkan diri bahwa saya pun tidak terlalu buruk selama ini, setidaknya tidak seperti yang saya pikirkan.
I had no shoes and complained, until I met a man who had no feet. Anggap lah apa yang sudah saya lalui dalam hidup saya, mampu membuat saya mengamini kalimat barusan. Manusia butuh makan, tapi siapa yang bilang kalau manusia butuh makan makanan yang luar biasa enak?
Jadi guize, terimakasih atas perhatian dan semangat yang kalian berikan terutama keluarga saya yang tidak bosan mendengar rengekan saya yang menyayat hati, kalian sungguh berarti.
*ketjup*
yah begitulah hidup, gak semua keinginan itu apa yang bener benenr kita butuhkan, nah karna saya pernah sekolah saya juga ada acara buka bareng temen temen sma saya, saya dateng paling awal bareng temen saya, karna kami kami dateng terlalu siang (sebut saja jam 3) kami bingung apa yang harus kami lakukan sambil menunggu teman lainnya, dan ahirnya kami ngobrol di tengah hujan rintik sore itu, awalnya kami hanya berbicara tentang bagaimana kabar teman teman yang lainnya hingga ahirnya dia bertanya tentang pekerjaan, dan pada ahirnya dia bertanya tentang gaji, saya memang agak gak enak ya kalo bicara masalah gaji, tapi ya karna sudah terlanjur ngomongin kerjaan ya bablas lah... dan saat itu saya sangat bersyukur sekali dengan keadaan saya, walau seringkali saya mengeluh tentang pekerjaan saya kepada diri saya sendiri itu juga ngeluhnya... saya gak biasa ngeluh ke orang soalnya, oke balik lagi ke temen saya, dia adalah seorang guru tk, saya tau gimana gaji seorang guru tk di pinggiran kota kecil saya karna ibu saya dulunya juga guru tk, ya beruntungnya teman saya mengajar di dua sekolah jadi bisa dapat penghasilan 2 kali lipat dan itu pun masih jauh dari umr di kota saya, yah begitulah hidup, bapak saya selalu bilang dunia itu berputar, kita bisa ada di atas bisa ada di bawah walaupun kenyataan dunia itu muternya secara horozontal dan kita hidup di garis katulistiwa berati kita tetap ada di pinggir ya kecuali kiamat nanti entahlah itu juga, kemudian setelah ngobrol banyak, teman teman yang lain pun datang... kemudian kami ngobrol yang lainnya sampe magrib, kemudian makan. kami duduk sejajar rapih kami tetap teman sma yang tidak memikirkan telah jadi apa kamu sekarang atau sehebat apa kamu sekarang, kami tetap bercanda seperti dulu jama sma, masa masa kami berjuang bersama. saya pengen cerita tentang jaman sma tapi ah komen ini udah kepanjangan, ini bukan komen tapi curhat ya sudah lah...
BalasHapusya begitulah hidup.. seperti apa kita, seperti apa teman kita itu hanyalah sebuah perbadaan yang harus di indahi. perbedaan itu indah bukan..?
Hapusyang penting kita selalu bersyukur dan saling menghargai.. menjaga silaturahmi dengan teman tidak hanya pas bukber bulan puasa aja, sekali dua kali bukber puasa senin-kamis juga dong.. saling berbagi dengan teman dan mempunyai sifat tenggang rasa di hati kita.. asal jangan rasa ingin saling memiliki aja yach...
iya bu guru... masalahnya temen saya itu kebanyakan pergi keluar kota seperti yang ibu lakukan... saya rasa saya terlalu manja masih tinggal di kota saya, sama orang tua aja udah segede gini juga, ya orang tua saya agak over protective sama anak anak nya, saya sih ngerti ya... mana ada orang tua yang gak takut anaknya kenapa napa tapi saya takut suatu saat nanti ketika saya sudah jadi bapak bapak saya jadi gak tau apa apa, rasanya saya gak pernah ninggalin rumah lebih dari 2 minggu... iya perasaan sih begitu, tapi bukan berarti saya gak pernah kemana mana ya... waktu jaman SMP saya pernah kemping sama temen temen saya... di depan rumah, ekstrim banget gak sihhhhh? tuh kan jadi curhat lagi
HapusWOW enak banget sih kamu, Nak. Envy deh sama kamu bisa enak-enakan dirumah makan masakan mama terus :"(
HapusTapi kalo kemping di depan rumah sih yah gimana yah duh... kayak main anyang-anyangan dong. Btw gapapa kok curhat, blog ini juga postingannya curhat semuah.. saya juga mau curhat dulu pernah kemping sama sepupu-sepupu di Cibodas, lumayan jauh dan serem tau, tapi kita di bawain perlengkapan yg lengkap banget dr bantal, kompor, sama panci dr rumah sama Mamah. Terus makan siangnya di anterin makanan sama Babah ke TKP. Feels like home banged...
hahaha... sama aja itu mah tapi mendingan lah gak di depan rumah ya... tapi saya malah ngiri sama orang orang yang bisa lepas dari orang tuanya, mungkin karna saya belom pernah aja kali, jadi gak tau rasanya jauh dari orang tua, temen temen saya juga kadang curhat, pada bilang capek lah, males lah, inilah itulah... tapi namanya juga kerja, emang enak sih tinggal sama orang tua... tapi takutnya jadi keenakan gitu... saya juga pengen gitu ngerasain mudik, pulang ke"rumah", ya... rasanya kayak gimanaaaa gitu? tapi beginilah hidup kan... manusia punya jalan masing masing.
Hapusmungkin karna nenek moyang saya seorang pelaut saya punya jiwa petualang dalam diri saya walaupun itu kecil kecilan...dan hari jum'at minggu ini rencananya saya mau ngambil cuti, saya mau jadi si bolang pergi ke papandayan dengan orang yang belum saya kenal sebelumnya... kayaknya bakal seru sih tapi gak tau, coba aja.... kalo kamu mau ikut, ayok!!!
jauh dari orang tua tergantung sih kalo orang tuanya bawel ya mungkin pada seneng yah.. kalo saya sih mama cukup bawel tapi saya gak seneng jauh dari dia, gitu. Dan masalah mudik atau pulang kerumah ya kamu bisa merasakan kok. Anggap aja setiap hari kamu mudik kerumah dr tempat kamu kerja, gimana, kan asik... atau kamu nginep di kantor terus pulang tiap sebulan sekali... asik deh...
HapusWAW enak banget liburan ke Papandayan... tapi btw papandayan itu dimana dan tempat apa?
nah gitu sih... kita emang nyari apa yang gak kita punya dan sering kali kita gak peduli sama apa yang ada sekarang, padahal orang lagi nyari apa yang kita punya, ngerti gak maksudnya?
Hapuspapandayan itu gunung... di garut... -_-"
kita mulai dari cileungsi kok... tapi saya gak tau cileungsi itu sebelah mana... tapi gmn nanti aja lah jaman udah canggih ini
oya ngerti kok ngerti.. jadi intinya 2 x 8 itu = 16.
Hapusohh --"
maklum kan saya tidak gentayangan di Garut. Jadi kamu naik gunung gitu?? Asik bgddd T.T
Saya ingin, ingiiiiiiiiiiiiiiin sekali naik gunung apalagi Gunung Gede yang di depan rumah saya tapi tapi tapi apalah saya hanya seorang pegawai
mudah mudahan asik...
Hapussama saya juga pegawai yang mesti ngirit jatah cuti fit T_T