Beberapa saat yang lalu setelah saya menengok kondisi facebook yang terabaikan, saya mulai menyadari sesuatu. Sebenarnya sudah sadar sih, tapi tadi itu benar-benar menyadari banget. Dimana saya ternyata sudah cukup pantas, seperti mereka, seperti teman saya, saya sudah pantas. Tapi apa benar demikian? Air liur saya hampir menetes, di dalam lubuk hati yang terdalam tersirat sebuah "keinginan", melihat mereka dengan kagum, melihat mereka yang bahagia, ahh saya tiba-tiba ingin..
Ingin punya anak.
Lihatlah.. sudah banyak teman saya yang memposting foto-foto lucu bayi mereka, bahkan setiap saya membuka beranda facebook pasti ada foto balita yang lagi gemez gemez nya. Dimana-mana ada foto bayi, dimana-mana statusnya tentang perkembangan bayi, duh.. Sedangkan status saya hanya galau tak perlu dan postingan foto selfie yang wajahnya begitu-gitu aja.
Setiap saya comment foto bayi teman saya yang lucu (niatnya cuma mengungkapkan rasa gemez aja sih) ujung-ujungnya pasti di tanyain "hayo atuh kapan punya dede sendiri.." lalu ujung-ujungnya saya jawab "nanti cari bapaknya dulu..". Belum lagi teman saya ada yang lagi hamil tua, duh pasti foto baby nambah lagi. Rasanya saya ingin tutup akun dulu sampai saya punya dede bayi sediri.
Kamu tau kan, dari dulu saya sangat suka sama bayi kecil yang mungil dan lucu itu, yang selalu wangi walau tak mandi, membuat saya iri. Apalagi sekarang beberapa teman sebaya sudah pada punya bayi. Tapi memang kalau terus melihat bayi-bayi gmz hanya akan membuat saya ingin dan ingin, tapi keinginan saya belum di dukung oleh kesiapan dan kondisi. Jadi lebih baik saya berpaling dulu, oleh karena saya tidak bisa berfokus pada pekerjaan dan percintaan, jadi saya perpaling ke akun path.
Di sana, ternyata tidak membuat saya lebih baik. Teman-teman saya sudah mulai membuat status tentang pusing dan mempost foto-foto kertas berantakan. Skripsi ceritanya. Hmm.. di dalam lubuk hati yang terdalam tersirat sebuah "keinginan", saya juga ingin berpusing-pusing dengan kertas-kertas itu. Kalau saja dulu saya melanjutkan kuliah, pastilah sekarang saya sedang pusing mempersiapkan skripsi dan sidang seperti mereka, teman-teman saya yang sudah pasti akan berkilau.
Kalau di pikir-pikir, memang kasihan saya ini. Tidak tahu apa yang betul-betul di inginkan, hidupnya sangat sederhana dan tidak banyak hal menarik, saya tidak tahu akan jadi apa saya kelak. Terlalu manut dengan jalan kehidupan, di biarkan mengalir apa adanya. Lalu sekarang saya melamun saja. Saya mungkin harus segera memutuskan untuk segera mencapai "keinginan" yang mana. Karena setelah saya memilih pasti kemudian saya akan memiliki suatu impian yang pasti. Atau mungkin merencanakan keinginan-keinginan lain? Ini adalah sebuah dilema.
Lain halnya kalau saya melihat semua ini dari sisi yang lain, Alhamdulillah.. saya sangat bersyukur. Banyak hal yang saya alami, banyak ilmu yang saya dapat, banyak sesuatu yang saya miliki adalah dari hasil capek sendiri. Mungkin saya tidak menginginkan jalan ini, tapi Allah tahu saya membutuhkan jalan ini. Mohon dapat di ampuni. Segala sesuatu tidak akan menjadi sia-sia kalau di jalankan dengan sungguh-sungguh.
Ini postingan gak jelas, maklum lagi galou.
rumput tetangga emang terlihat lebih hijau...
BalasHapus